25
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Faisal Sefri Andika ( 2015 ) dalam penelitiannya yangberjudul
Perencanaan Titik Sanitasi Komunal Di Desa Aeng Anyar adapunmetode
yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatanpenelitian
menggunakan studi kasus. Data sekunder dikumpulkan melaluistudi
kepustakaan dan pengumpulan dokumen, data primer diperolehmelalui
pengamatan lapangan ( survey ) dan penyebaran kuesioner. Aspekyang
ditinjau dari aspek penelitian ini adalah aspek teknis. Dariaspek teknis
adalah tersusunnya suatu teknologi yang tepat dalam pengelolaanair limbah
domestik. Hasil penelitian yang telah disesuaikan dengankebutuhan dan
tujuan penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
Kondisi sarana sanitasi di Desa Aeng Anyar belum memenuhi
syarat karena karena masih semi permanen. Hasil analisis tentangkondisi
pengolahan air limbah /tangki septik yang ada di Desa AengAnyar
menunjukkan kwalitas yang tidak sesuai dengan standar, sehinggaperlu
diupayakan perbaikan. Sebagai langkah awal adalah pemilihansistem
sarana dan prasarana air limbah pemukiman. Hasil pemilihansistem awal
pengelolaan air limbah pemukiman di Desa Aeng Anyar tidaksemua
menggunakan sistem komunal, namun bisa menggunakan MCKkomunal
8
26
mengingat masih ada masyrakat yang tidak memiliki jamban pribadidan
pendapatan masyarakat masih rendah.
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Perencanaan
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yangakan
dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
2.2.2. Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia, jadi
lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor
lingkungan sedemikian rupa munculnya penyakit dapatdihindari.
Usaha sanitasi berarti suatu usaha untuk menurunkan jumlahbibit
penyakit yang terdapat dalam bahan-bahan pada lingkunganfisik
manusia sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan manusiadapat
terpelihara (Daryanto,2004).
2.2.3. Pengertian MCK Komunal
MCK singkatan dari Mandi, Cuci, Kakus adalah salah satu
sarana fasilitas umum yang digunakan bersama oleh beberapa
keluarga untuk keperluan mandi, mencuci, dan buang air dilokasi
9
27
permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk cukup padat dan
tingkat kemampuan ekonomi rendah (Pengembangan Prasarana
Perdesaan (P2D), 2002). MCK komunal/umum adalah sarana umum
yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi,
mencuci dan buang air di lokasi pemukiman yang berpenduduk
dengan kepadatan sedang sampai tinggi (300-500 orang/Ha)(Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2001).
2.2.4. Jenis MCK Komunal/Umum
Jenis MCK Komunal dibagi menjadi 2 (dua) terkait dengan
fungsinya pelayanannya yaitu: (Proyek REKOMPAK - JRF, 2008).
1. MCK lapangan evakuasi/penampungan pengungsi. MCK ini
berfungsi untuk melayani para pengungsi yang mengungsiakibat
terjadi bencana, sehingga lokasinya harus berada tidak jauhdari
lokasi pengungsian (dalam radius +/- 50 m dari lapangan
evakuasi). Bangunan MCK dibuat Typical untuk kebutuhan 50
orang, dengan pertimbangan disediakan lahan untuk portable
MCK.
2. MCK untuk penyehatan lingkungan pemukiman. MCK ini
berfungsi untuk melayani masyarakat kurang mampu yang tidak
memiliki tempat mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga
memiliki kebiasaan yang dianggap kurang sehat dalam
melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi
MCK jenis ini idealnya harus ditengah para penggunanya/
10
28
pemanfaatnya dengan radius 50 - 100m dari rumah penduduk dan
luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha.
Desain MCK sangat tekait dengan kebiasaan atau budaya
masyarakat setempat sehingga desain tersebut perludimusyawarahkan
dengan masyarakat pengguna dengan tetap menjaga kaidah kaidahMCK
yang sehat.
Tujuan dibangun MCK dengan sistem komunal di pemukiman
padat adalah, sebagai berikut :
Untuk mengkomunalkan sarana mandi, cuci, dan kakus agar
limbahnya mudah dikendalikan dan pencemaran lingkungan dapatdibatasi.
1. Serta memudahkan pengadaan air bersih.
2. Di samping itu juga untuk melestarikan budaya mandibersama,
seperti di daerah asal mereka.
3. Kawasan yang padat penduduknya, umumnya luas rumah di
bawah luas hunian baku per jiwa. Hal ini mengakibatkan
sulitnya mencari ruang untuk lokasi sumur maupun kakus.
Kawasan tersebut terutama dihuni oleh warga masyarakat yang
berpenghasilan rendah, yang cenderung tidak dapatmenyisihkan
sebagian pendapatannya untuk membangun kakus atau kamar
mandi sendiri. Apalagi jika mereka belum mendapatkan
penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, yang mempunyaikaitan
erat dengan kualitas air tanah.
11
29
2.2.5. Bilik/Ruangan MCK
Desain bilik/ruang MCK dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kebiasaan dan budaya masyarakat penggunanya
sehingga perlu dimusyawarahkan. Hal hal tersebut biasanyaterkait
dengan antara lain tata letak, pemisahan pengguna laki lakidan
perempuan, jenis jamban dan lain lain. Perlu dipertimbangkandesain
untuk pengguna yang menggunakan kursi roda (defabel). Untuk
kapasitas pelayanan, semua ruangan dalam satu kesatuan dapat
menampung pelayanan pada waktu (jam-jam) paling sibuk dan
banyaknya ruangan pada setiap satu kesatuan MCK untuk jumlah
pemakai tertentu tercantum dalam tabel dibawah.
Tabel 2.1 Jumlah Pengguna MCK dan Banyaknya Bilik yang
Diperlukan
Jumlah
Pemakai
Jumlah Bilik/Ruangan
Mandi Cuci Kakus
10 20 2 1 2
21 40 2 2 2
41 80 2 3 4
81 100 2 4 4
101 120 4 5 4
121 160 4 5 6
161 200
4 6 6
Sumber: Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK
komunal /umum SNI 03-2399-2002
12
30
2.2.6 Kakus/Jamban
Jamban keluarga didefinisikan suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja/kotoran manusia bagikeluarga,
lazimnya disebut kakus. Penyediaan sarana pembuangan kotoran
manusia atau tinja (kakus/jamban) adalah bagian dari usahasanitasi
yang cukup penting peranannya, khususnya dalam usahapencegahan
penularan penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut
kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidaksaniter
akan dapat mencemari lingkungan, terutama dalam mencemaritanah
dan sumber air (Soeparman dan Suparmin, 2002).
Untuk blok fasilitas sanitasi toilet dengan sistemkomunal/umum,
disarankan bahwa 1 toilet digunakan 25-50 orang dengan pembagianbilik
terpisah antara laki- laki dan permpuan. Namun untuk daerahdengan
kepadatan tinggi (>1000 jiwa/ hektar) jumlah penduduk yangdapat dilayani
oleh 1 blok toilet adalah 200-500 jiwa. Tipe ideal taoilet untukfasilitas
sanitasi sistem komunal adalah toilet tuang siram (jamban leherangsa),
dengan jumlah air yang digunakan 15-20 liter/orang/ hari (G.J.Wde Kruijff,
1987).
Jamban dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu : (Azwar,1990)
1. Jamban cubluk (pitprivy) adalah jamban yang tempatpenampungan
tinjanya dibangun dibawah tempat pijakan atau dibawahbangunan
jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jambandan
tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah,kedalamannya
13
31
sekitar 1,5-3 meter (Mashuri, 1994).
2. Jamban empang (overhung Latrine) adalah jamban yangdibangun
diatas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini adayang
kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk
makanan ikan, ayam.
3. Jamban kimia (chemical toilet) adalah model jamban yang
dibangun ditempat- tempat rekreasi, pada transportasi sepertikereta
api dan pesawat terbang dan lain-lain. Pada model ini, tinja
disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan
pembersihnya dipakai kertas tisue (toilet paper).
Jamban kimia ada dua macam, yaitu:
1. Tipe lemari (commode type). Pada tipe ini terbagi lagimenjadi
ruang-ruang kecil, seperti pada lemari.
2. Tipe tangki (tank type). Pada tipe ini tidak terdapatpembagian
ruangan atau dengan kata lain hanya terdiri dari satu ruang.
3. Jamban leher angsa (angsa trine) adalah jamban leher lubangcloset
berbentuk lengkungan, dengan demikian air akan terisigunanya
sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta
masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalahmodel
terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan (Warsito,
1996).
14
32
2.2.7 Persyaratan Mandi Cuci Kakus Umum
1. Persyaratan Umum MCK
a. Rencana pembangunan MCK umum bara dapat dilaksanakan
setelah rnernenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai
berikut:
a) Lokasi.
b) Jumlah pemakai
c) Sistem penyediaan air bersih
d) Sistem pembuangan air limbah.
b. Kemampuan pengelola MCK.
c. Air limbah dari MCK umum harus diolah sebelum dibuang
sehingga tidak mencemari air, udara dan tanah dilingkungan
permukirnan.
2. Lokasi.
Jarak maksimal antara lokasi MCK umum dengan rumah
penduduk yang dilayani adalah 100 meter. Lokasi daerah harus
bebas banjir.
3. Kapasitas Pelayanan.
Semua ruangan dalam satu kesatuan harus dapat
menampung pelayanan pada waktu (jamjam) paling sibuk dan
banyaknya ruangan pada setiap satu kesatuan MCK untuk
jumlah pemakai tertentu.
15
33
Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : (Chandra,2007).
1. Topografi tanah: Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi
permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah.
2. Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologiantara
lain Kedalaman air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah,
Lapisan tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenisini
diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak
yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk
dari tanah liat.
3. Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannyatinggi,
jarak sumur harus lebih jauh dari kakus.
4. Jenis mikroorganisme: Karakteritik beberapamikroorganisme
ini antara laian dapat disebutkan bahwa bakteri patogenlebih
tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan
pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan
pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.
5. Faktor Kebudayaan: Terdapat kebiasaan masyarakat yang
membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.
6. Frekuensi Pemompaan: Akibat makin banyaknya air sumur
yang diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah
menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan.
16
34
2.2.8 Manfaat dan Fungsi Jamban
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.
Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin
beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan
sarana yang aman,
3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai
vektor penyakit,
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan
lingkungan.
5. Pemeliharaan Jamban
2.2.9 Sistem Penyediaan Air Bersih
1. Sumber air bersih
Sumber air bersih meliputi :
a. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
b. Air tanah : sumber air bersih yang berasal dari airtanah,
lokasinya minimal 11 rn dari sumber pengotoran sumber
air bersih dan pengambilan air tanah dapat berupa :
1) Sumur bor: sekeliling sumur harus terbuat dari
bahan kedap air selebar minimal 1,20 m dan pipa
selubung sumur harus terbuat dari lantai kedap air
17
35
sampai kedalaman minimal 2,00 m dari permukaan
lantai.
2) Sumur gali : sekeliling sumur harus terbuat dari
lantai rapat air selebar minimal 1,20 m dan
dindingnya harus terbuat dari konstruksi yang aman,
kuat dan kedap air sampai ketinggian keatas 0,75 m
dan ke bawah minimal 2,00 m clan permukaan
lantai.
c. Air hujan : bagi daerah yang curah hujannya di atas 1
300 mm/tahun dapat dibuat baik penampung air hujan.
d. Mata air : dilengkapi dengan bangunan penangkap air.
2. Kuantitas Air
Kuantitas air yang disesuaikan untuk kesatuan MCK adalah:
a) Minimal 20 Liter/orang/hari untuk mandi.
b) Minimal 15 Liter/orang/hari untuk cuci.
c) Minimal 10 Liter/orang/hari untuk kakus.
3. Kualitas Air
Air bersih yang akan dipergunakan harus memenuhi baku
mutu air yang berlaku.
2.2.10 Bahan Bangunan.
1. Kriteria Bahan Bangunan.
Bahan yang dapat dipergunakan untuk bangunan MCK
umum adalah :
18
36
a) Bahan bangunan setempat.
b) Kemudahan penyediaan bahan bangunan.
c) Mudah dilaksanakan.
d) Dapat diterima oleh masyarakat pemakai.
2. Persyaratan bahan bangunan.
Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan yang berlaku.
3. Alternatif Pemakaian Bahan Bangunan.
2.2.11 Plambing.
Setiap kesatuan MCK perlu dilengkapi dengan sistem plambing
untuk pipa air bersih, pipa air Iimbah, perlengkapan drainasedan
ven.
1. Pipa Air Bersih.
Pipa air bersih adalah sebagai berikut:
a. Pipa air bersih yang tertanam dalam tanah dapat
dlpakai PVC, PE dengan diameter minimal 12,5 mm.
b. Pipa air bersih yang dipasang di atas tanah dan tanpa
perlindungan dapat dipakai pipa besi dengan diameter
minimal 12,5 mm.
2. Pipa Air Limbah.
Pipa air kotor adalah sebagai berikut:
19
37
a. Diameter minimal 150 mm untuk pipa yang terbuat
dart tanah liat atau beton dan 110 mm untuk pipa
PVC.
b. Kemiringan minimal 2 %.
c. Disetiap belokan harus dilengkapi bak kontrol untuk
pengontrol/pembersihan pipa.
d. Setiap unit buangan air Iimbah dilengkapi perangkrap
air.
2.2.12 Sarana Kamar Mandi
Kamar mandi dapat dilengkapi dengan atap, bak air dan
pintu. Jalan masuk ke kamar mandi yang tidak dilengkapidengan
pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang yangsedang
mandi tidak terlihat langsung dari luar.
Persyaratan sarana kamar mandi adalah sebagai berikut:
1. Lantai, luas lantai minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m )
dan dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah
lubang tempat pembuangan kurang lebih 1%.
2. Dinding, bagian pemisah antara ruang yang satu
dengan yang lainnya.
3. Pintu, pintu, dengan ukuran pintu sebagai berikut :
lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi minimal 1,6 m.
4. Bak mandi, bak penampung air yang digunakan
untuk mandi dengan gayung.
20
38
5. Ventilasi dan penerangan, untuk menjamin
terselenggaranya pembaharuan udara bersih dan
penerangan yang cukup dalam kamar mandi, maka
harus diadaka.n ventilasi dan harus rnempunyai
lubang cahaya yang langsung berhubungan dengan
udara sebagai penerangan alamiah.
6. sarana air bersih, air bekas mandi dapat dibuang ke
sistem saluran atau tangki septik yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2.2.13 Sarana Tempat Cuci
Tempat cuci dapat dilengkapi dengan, atap dindng dan pintu,
persyaratan tempat cuci adalah sebagai berikut:
1. Lantai
luas lantai minimal 2,40 m2 ( 1,20 m x 2,0 m ) dan
dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat
pembuangan kurang lebih 1%.
2. Dinding, pintu, ventilasi dan penerangan
apabila tempat cuci dilengkapi dengan dinding, pintu,
ventilasi dan penerangan rnaka ketentuan-ketentuan seperti
yang tercantum datum fasilitas mandi untuk dinding, pintu,
ventilasi dan penerangan dapat diterapkan untuk fasilitas
tempat cuci.
21
39
3. tempat menggilas pakaian
menggilas pakaian dapat dilakukan dengan jongkok
ateu berdiri, dimana tinggi tempat menggilas pakaian
dengan cara berdiri adalah 0,75 m diatas lantai dengan
ukuran sekurangkurangnya 0,60 m x 0,80 m, permukaan
tempat menggilas dibuat tidak Iicin dengan kemiringan 1%.
4. sarana air bersih
jumlah kran yang digunakan harus sesuai dengan
kebutuhan.
2.2.14 Sarana Kakus
Persyaratan sarana kakus adalah sebagai berikut:
1. Lantai
Luas lantai minimal 2,0 m2 ( 1,0 m x 2,0 m ) dan
dibuat tidak licin dengan kemiririgan kearah floor
drain.
2. Dinding, pintu ventilasi dan, penerangan
Apabila dilengkapi dengan dinding, pintu, ventilasi dan
penerangan maka ketentuanketentuan seperti yang
tercarturn dalam fasilitas mandi untuk dinding, pintu,
ventilasi dan penerangan dapat diterapkan untuk
fasilitas kakus.
22
40
3. Kloset jongkok dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tempat kaki harus dibuat sebagai perlengkapan
kloset jongkok.
b. Diameter lubang pemasukan tinja 10 cm.
c. Jarak antar dinding bangunan sampai ke kloset
adalah 20 cm - 25 cm.
d. Panjang kloset 40 cm dan lebar 20 cm.
e. Dudukan kloset dapat ditinggikan minimal 10 cm
dari lantai dengan kemiringan 1% dilengkapi dengan
perangkap air.
4. Sarana air bersih
Jumlah kran yang digunakan harus disesuaikan
dengan kebutuhan.
2.2.15 Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan SistemResapan
(SNI : 03-2398-2002)
Standar ini meliputi Tata cara perencanaan tangki septik
dengan sistem resapan yang memuat persyaratan tangki septikdan
sistem resapan yang berlaku bagi pembuangan air limbah rumah
tangga untuk daerah air tanah rendah dan jumlah pemakaimaksimal
10 Kepala Keluarga ( 1 KK = 5 Jiwa). Dalam lampiran disajikan
contoh perhitungan untuk tangki septik dengan bidang resapan
sistem tercampur dan terpisah.
23
41
Tata cara perencanaan tangki septik dengan Sistem resapan .
di maksudkan sebagai acuan dan masukan bagi perencana dalam
prosedure pembangun tangki septik dengan sistem resapandengan
ukuran dan batasan untuk menentukan kebutuhan minimumfasilitas
tangki septik dengan sistem resapan pada kawasan permukiman.
Tata cara ini merupakan revisi SNI 03-23981991 (Tata cara
Perencanaan Tangki Septik), yang direvisi atau ditambahdengan
persyaratan teknis ukuran tangki septik dan jarak minimumterhadap
bangunan . Persyaratan teknis meliputi bahan bangunan haruskuat,
tahan terhadap asam dan kedap air; bahan bangunan dapatdipilih
untuk bangunan dasar. Penutup dan pipa penyalur air limbahadalah
batu kali, bata merah, batako, beton bertulang, beton tanpatulang,
PVC, keramik ,plat besi, plastik dan besi.
Bentuk dan ukuran tangki septik disesuaikan dengan Q
jumlah pemakai, dan waktu pengurasan. Untuk ukuran kecil (1kk)
dapat berbentuk bulat Q 1,20 m dan tinggi 1,5 m. Ukurantangki
septik sistem tercampur dengan periode pengurasan 3 tahun (untuk1
KK , ruang basah 1,2 m3, ruang lumpur 0,45 m3, ruang ambang
bebas 0,4 m3 dengan Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,6m)
dan sistem terpisah dengan periode pengurasan 3 tahun (untuk 2KK
, ruang basah 0,4 m3, ruang lumpur 0,9m3, ruang ambang bebas0,3
m3 dengan Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,3 m).
24
42
Pipa penyalur air limbah dari PVC, keramik atau beton yang
berada diluar bangunan harus kedap air, kemiringan minimum 2%,
belokan lebih besar 45 % dipasang clean out atau pengontrolpipa
dan belokan 90 % sebaiknya dihindari atau dengan dua kalibelokan
atau memakai bak kontrol. Dilengkapi dengan pipa aliran masukdan
keluar, pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa sambungan Tatau
sekat, pipa aliran keluar harus ditekan (5 - 10 )cm lebih rendahdari
pipa aliran masuk. Pipa udara diameter 50 mm (2") dan tinggi
minimal 25 cm dari permukaan tanah. Lubang pemeriksa untuk
keperluan pengurasan dan keperluan lainnya. Tangki dapatdibuat
dengan dua ruang dengan panjang tangki ruang pertama 2/3bagian
dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki septik dan bidangresapan
ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih = 10 m dan Sumurresapan
air hujan 5 m. Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur,perlu
dilengkapi dengan kotak distribusi.
2.2.16 Pengolahan Limbah (Tangki Septik)
Septic tank (tangki septik) adalah suatu bak berbentuk empat
persegi panjang yang biasanya terletak di bawah muka tanahdan
menerima atau menampung kotoran dan air penggelontor yang
berasal dari toilet glontor, termasuk juga segala buanganlimbah
rumah tangga. Periode tinggal (detention time) di dalamtangki
adalah 1-3 hari. Zat padat akan diendapkan pada bagian tangkidan
25
43
akan dicernakan secara anaerobik (digested anaerobically) dansuatu
lapisan busa tebal akan terbentuk dipermukaan.
Walaupun proses pencernaan zat padat yang terendap
berlangsung secara efektif, namun pengambilan lumpur yang
terakumumlasi perlu dilakukan secara periodik antara 1-5tahun
sekali. Dan bila ditinjau dari kesehatan, efluen yang berasaldari
tangki septik masih berbahaya sehingga perlu di alirkan ketangki
peresapan (soakaways) atau bidang peresapan (leaching/ drain
fields).
Efluen tersebut tidak boleh langsung disalurkan pada saluran
drainase ataupun badan-badan air tanpa mengolah efluentersebut
terlebih dahulu. Walaupun pada umumnya tangki septikdigunakan
untuk mengolah air limbah rumah tangga secara individual,namun
tangki septik juga dapat digunakan sebagai fasilitassanitasi
komunal/umum untuk suatu lingkungan dengan penduduk sampai
300 jiwa (G.J.W de Kruijff 1987).
Jarak antara resapan dan sumber air untuk keamanannya
disyaratkan minimal 10 m (tergantung aliran air tanah dankondisi
porositas tanah).
26
44
Tabel 2.2. Jumlah Pemakai MCK komunal/umum dan Kapasitas TangkiSeptik
yang Diperlukan
Jumlah Pengguna
(Jiwa)
Kapasitas Tanki
Septik (m3)
Ukuran Tangki Septik
Dalam+ tinggi
jagaan/ruang kosong
(m)
Lebar(m) Panjang (m)
10 1,0
1,8
0,60 1,20
15 1,5 0,70 1,40
20 2,0 0,80 1,60
25 2,4 0,90 1,80
30 2,9 1,00 2,00
35 3,4 1,00 2,10
40 3,9 1,20 2,30
45 4,4 1,20 2,40
50 4,8 1,30 2,60
55 5,3 1,30 2,70
60 5,8 1,40 2,80
65 6,3 1,50 2,90
70 6,8 1,50 3,00
75 7,2 1,60 3,00
80 7,7 1,60 3,20
85 8,2
1,70 3,30
90 8,7 1,70 3,40
95 9,1 1,80 3,50
100 9,6 1,80 3,60
110 10,5 1,90 3,75
120 11,5 2,00 3,90
130 12,4
2,00 4,00
140 13,4 2,10 4,20
Jumlah Kapasitas Tanki Ukuran Tangki Septik
27
28
45
Pengguna
(Jiwa)
Septik (m3) Dalam+tinggi
jagaan/ruang
kosong
(m)
Lebar(m) Panjang (m)
150 14,3 1,8 2,20 4,40
160 15,3 2,30 4,50
170 16,2 2,30 2,70
180 17,1 2,40 4,80
190 18,1 2,50 4,90
200 19,0 2,50 5,00
Sumber : Proyek REKOMPAK - JRF, Jogjakarta, 2008
Tabel tersebut diatas dihitung berdasarkan asumsi sebagaiberikut: (Proyek
REKOMPAK - JRF, 2008)
1. Rata-rata lumpur terkumpul , untuk air limbah dari KM/WC.(IKK
Sanitation Improvenment Programme, 1987) = 40 l/orang/tahun
2. Waktu pengurasan direncanakan setiap 2 tahun
3. Air limbah yang dihasilkan (tangki septik hanya untukmenampung
limbah kakus)= 10 lt/orang/hari
4. Kedalaman tangki septik (h) + (free board/tinggi jagaan/ruangkosong)=
1,5m + 0,3m = 1,8. Panjang : Lebar = 1 : 2 (disesuaikan dengankondisi).
Sistem septic tank sebenarnya sumur rembesan/sumur kotoran.
Ukurannya biasanya cocok untuk satu rumah tinggal dan cukupbesar
sehingga hanya perlu peninjauan sekali setahun atau dua tahun.Sistem ini
bisa mambahayakan kesehatan masyarakat setempat, jikalau suaturumah
menggunakan sistem ini dan juga menggunakan sumur untuk airminum.
Sebaiknya sistem ini hanya di izinkan pada tempat-tempat, yangtelah di
46
hubungkan dengan pipa-pipa air minum (perusahaan air minum)dan
sebagainya. Karena bagian bawah septic tank terbuka, makasebaiknya
digunakan sistem ganda pada sluran. Saluran air kotor hanyasampai septic
tank ini dan kemudian merembes kedalam tanah. Konstruksi septictank
sangat sederhana, perlu diperhatikan jarak minimal terhadapsumur air
bersih sedikitnya 10 m.
2.2.17 Pemilihan Teknologi
Teknologi IPAL secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
anaerob, aerob, dan campuran. Pada prinsipnya pengolahanlimbah
anaerob dan aerob terletak pada kehadiran oksigen untuk
metabolism mikroorganisme (bakteri). Pada proses aerob,kehadiran
oksigen diperlukan sedangkan pada proses anaerob tidakdiperlukan.
1. Sistem Pengolahan ANAEROB
Teknologi ini paling banyak dipilih untuk sistem skala
permukiman berbasis masyarakat sampai saat ini (2015). Halini
berdasarkan pertimbangan kemudahan operasional karena tidak
memerlukan injeksi oksigen ke dalam unit pengolahan. Septik
individual atau IPAL komunal/skala permukiman yang dikenal
memakai prinsip pengolahan anaerob.
2. Sistem Pengolahan AEROB
Teknologi ini paling efisien untuk sistem perkotaan(sewerage),
karena dianggap lebih efesien untuk skala pelayanan pendudukyang
besar. Pada sistem yang dikelola oleh institusi, penggunaanperalatan
29
47
mekanikal seperti blower atau aerator pada unit pengolahandapat
dikelola dengan baik oleh operator yang terlatih.
3. Sistem Pengolahan Kombinasi ANAEROB AEROB
Sistem kombinasi merupakan pilihan paling banyak dipilih
untuk sistem pengolahan lumpur tinja (IPLT) atau IPAL karena
lebih efisien dalam pengoperasian dan pemeliharaan, serta
menambah daya tampung/kapasitas sistem.
Tabel. 2. 3. Perbandingan Sistem Pengolahan Air Limbah
Pilihan
Teknologi
Kebutuhan
Lahan
Perkapita
Mekanikal
Elektrikal
Gangguan Bau
( Estetika )
Biaya
Operasiaonal dan
Pemeliharaan
Aerob Lebih Sedikit Ya Lebih rendah Lebih tinggi
Anaerob Lebih Luas Tidak Lebih tinggi Lebih rendah
Kombinasi
Aerob +
Anaerob
Sedang Ya Relatif masih
ada
Sedang
2.2.18 Bak Kontrol
Bak kontrol merupakan bak kecil yang terpasang diantara
pasangan saluran air kotor, gunanya sebagai pengontrol setiapsaat
jika saluran air kotor terjadi hambatan atau terjadi genanganair
yang tidak kita inginkan. Bak kontrol menggunakan penutupdari
cor-coran beton tulang dilengkapi dengan besi pegangan untuk
membuka.
Sumber : Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik SkalaPemukiman
30
48
2.2.19 Resapan Air Kotor (Rembesan)
Sistem resapan adalah galian atau sumuran tanpa lapisan
material kedap air, yang berfungsi menerima air limbah dariseptic
tank dan meresapkannya ke tanah. Bentuknya berupa bidangresapan
empat persegi panjang dengan lebar minimal 0,5 m, kedalamanefektif
0,45 m, dan panjang tergantung jumlah KK dan daya resaptanah.
Atau, untuk septic tank berkapasitas kecil (1 2 KK), bisa jugaberupa
sumur resapan dengan diameter minimal 80 cm dan kedalamanefektif
1,0 m. Kalau berupa sumur resapan, galian harus diisi penuhdengan
pasir dan kerikil berdiameter 1,5 5 cm dengan tebal lapisan 1,0m.
2.2.20 Komunal
Pada wilayah yang padat penduduk sehingga lahan yang dapat
digunakan untuk membangun sarana sanitasi sangat terbatas,maka
dapat dilakukan dengan membangun jamban tipe komunal. Jamban
tipe komunal adalah beberapa bangunan jamban keluarga (5-6
jamban keluarga) dapat menggunakan satu sumur penampungtinja
(septic tank)) yang dapat dibangun diantara bangunan jamban
sehingga setiap jamban dapat melakukan akses yang samaterhadap
sumur penampung tinja. Tipe bangunan jamban ini sangat cocok
untuk daerah semacam ini karena hanya membutuhkan sedikitlahan,
namun dapat memberikan akses jamban kepada beberapakeluarga.
Pemeliharaan bangunan jamban dapat dilakukan secara individu
31
49
setiap keluarga, namun untuk sumur penampung tinja dilakukan
secara bersama.
2.2.21 Analisis SWOT
Penggunaan analisis SWOT dengan memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), namun secarabersamaan
dapat memaksimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
(threats).
Di dalam tinjauan analisis ini menggunakan pembobotan
dengan nilai skala 1 sampai dengan 5, dengan ketentuansebagai
berikut:
1. Nilai 5: menyatakan pengaruh sangat kuat.
2. Nilai 4: menyatakan pengaruh kuat.
3. Nilai 3: menyatakan pengaruh cukup kuat.
4. Nilai 2: menyatakan pengaruh kurang kuat.
5. Nilai 1: menyakatan pengaruh tidak kuat.
Dari hasil analisis di atas terhadap evaluasi kekuatan dankelemahan
atas kondisi internal serta peluang dan ancaman atas kondisieksternal maka
dapat dipetakan melalui diagram analisis SWOT dengan penjelasansebagai
berikut:
1. Sumbu horizontal (X) menunjukkan kekuatan dan kelemahan(faktor
internal), sedangkan sumbu vertikal (Y) menunjukkan peluangdan
ancaman (faktor eksternal).
32
50
2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan, maka nilai X> 0 dan
sebaliknya apabila kekuatan lebih kecil daripada kelemahan, makanilai
X < 0.
3. Jika peluang lebih besar daripada ancaman, maka nilai Y >0 dan
sebaliknya apabila peluang lebih kecil daripada ancaman, makanilai
Y < 0.
33
51
Gambar 2.1. Diagram Analisis SWOT
POSISI EKSTERNAL
PO
SIS
I INT
ER
NA
L
KE
KU
AT
AN
(+)
KE
LE
MA
HA
N
(-)
PELUANG
(+)
(-)
ANCAMAN
KUADRAN 3
Strategi Turn Around
KUADRAN 1
Strategi Pertumbuhan/Agresif
KUADRAN 4
Strategi Defensif
KUADRAN 2
Strategi Diversifikasi
34